PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pribadi sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia dalam ukuran normatif. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang berkembang. Sedangkan menurut Ary H.Gunawan berpendapat bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Oleh karenanya, pendidikan senyatanya harus mampu menjawab persoalan-persoalan yang berada di tengah masyarakat.
Dalam hal ini, guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Guru merupakan orangtua siswa dalam lingkungan sekolah. Maka peran guru begitu berarti dalam membentuk kepribadian para siswa diluar dari pengaruh lingkungan para siswa tersebut.
Salah satu yang telah dicanangkan oleh pemerintah adalah pendidikan berkarakter untuk semua jenjang pendidikan. Oleh karena itu, guru merupakan agen yang berperan penting dalam menanamkan pendidikan berkarakter di sekolah. Menurut Mendiknas, Prof. Muhammad Nuh, pembentukan berkarakter perlu dilakukan sejak dini. Jika karakter sudah terbentuk kata Mendiknas, maka tidak akan mudah mengubah karakter seseorang.
Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia, bisa dimaklumi, sebab selama ini dirasakan, proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji.
Dr. Ratna Megawangi, dalam bukunya, Semua Berakar Pada Karakter (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2007), mencontohkan, bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya, pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.
Dalam bukunya, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (2010), Doni Koesoema Albertus menulis, bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan. Dalam pendidikan karakter, yang terutama dinilai adalah perilaku, bukan pemahamannya. Doni membedakan pendidikan karakter dengan pendidikan moral atau pendidikan agama. Pendidikan agama dan kesadaran akan nilai-nilai religius menjadi motivator utama keberhasilan pendidikan karakter. Namun, nilai-nilai moral akan bersifat lebih operasional dibandingkan dengan nilai-nilai agama. Dengan demikian, nilai-nilai moral, meskipun bisa menjadi dasar pembentuk perilaku, tidak lepas dari proses hermeneutis yang bersifat dinamis dan dialogis.
Maka, bukan tidak ada usaha bangsa Indonesia dalam mencapai pendidikan berkarakter. Tetapi, pengalaman menunjukkan, berbagai program pendidikan dan pengajaran – seperti pelajaran Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara (PPKN), Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), belum mencapai hasil optimal, karena pemaksaan konsep yang sekularistik dan kurang seriusnya aspek pengalaman. Dan lebih penting, tidak ada contoh dalam program itu. Padahal, program pendidikan karakter, sangat memerlukan contoh dan keteladanan. Kalau hanya slogan dan ’omongan’, orang Indonesia dikenal jagonya!
Harap maklum, konon, orang Indonesia dikenal piawai dalam menyiasati kebijakan dan peraturan. Ide UAN, mungkin bagus. Tapi, di lapangan banyak yang bisa menyiasati bagaimana siswanya lulus semua. Sebab itu tuntutan pejabat dan orangtua, guru tidak berdaya. Kebijakan sertifikasi guru, bagus.Akan tetapi, karena mental materialis dan malas sudah bercokol, kebijakan itu memunculkan tradisi berburu sertifikat, bukan berburu ilmu.Bukan tidak mungkin, gagasan Pendidikan Karakter ini nantinya juga menyuburkan bangku-bangku seminar demi meraih sertifikat pendidikan karakter, untuk meraih posisi dan jabatan tertentu.
Disinilah juga fungsi pendidikan karakter yaitu supaya dapat membenahi moral para penerus bangsa ini. Mungkin kecerdasan memang penting akan tetapi lebih baik lagi apabila kecerdasan tersebut diiringi oleh moralitas yang baik. Pada dasarnya moralitas adalah suatu disiplin. Semua disiplin mempunyai tujuan ganda yaitu mengembangkan suatu keteraturan tertentu dalam tindak-tanduk manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu yang sekaligus juga membatasi cakrawalanya.
Pendidikan melalui pengalaman langsung akan mempengaruhi unsure-unsur moral maupun intelektual dari kebudayaan. sesudah kita mengetahui unsure-unsur itu, apa realitas konkret yang diungkapkan oleh perasaan-perasaan moral kita, cara pelaksanaan pendidikan moral pun telah digariskan.
Dari uraian di atas, maka penulis mencoba menelusuri dan mengadakan penelitian yang berhubungan dengan masalah tersebut ke dalam tugas penelitian kualitatif yang berjudul “PENANAMAN PENDIDIKAN BERKARAKTER SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN MORAL di SMA N 4 TEGAL “.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penanaman pendidikan berkarakter di SMA N 4 Tegal ?
b. Hambatan-hambatan apa yang dilalui dalam mencapai pendidikan berkarakter ?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui penanaman pendidikan berkarakter di SMA N4 Tegal.
b. Untuk mengetahui hambatan-hambatann dalam mencapai pendidikan berkarakter ?
D. Manfaat Penelitian
a. Praktis
Memperoleh wawasan pengetahuan yang lebih luas lagi tentang pendidikan karakter dalam pembentukan moral
b. Teoritis
Dengan adanya penelitian ini secara tidak langsung bermanfaat untuk memberi masukkan pada pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah ini, yaitu:
a) Bagi penulis
Mendapatkan pengetahuan mengenai penanaman pendidikan berkarakter dan pembentukan moral.
b) Bagi guru
Dapat dijadikan wawasan dan wacana dalam mengembangkan kualitas dan kuantitas pendidikan.
c) Bagi siswa
Mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan berkarakter serta dapat menerapkannya sebagai upaya pembentukan moral.
PENANAMAN PENDIDIKAN BERKARAKTER SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN MORAL di SMA N 4 TEGAL,
BalasHapussebaiknya ditulis pada kolom judul.
tulisan yang sangat menarik....
BalasHapussangat cocok bagi kita sebagai calon pendidik anak bangsa....
menurut saya, akan lebih baik lagi jika postingan saudara ditambahi dengan beberapa tentang karakteristik pendidik yang profesional sehingga bisa dijadikan bahan acuan untuk pembelajaran selanjutnya.....
makasii.....
Terimakasih atas komentar nyaaa
BalasHapusartikel yang anda tulis sudah bagus, dmna membahas tentang pendidikan yang berkarakter. dijaman yang midern ini memang diperlukan pendidikan yang seperti itu, mungkin alangkah lebih baik juka dilakukan pada anak usia didni atau yang masih Sd supaya nantinya mereka dapat tumbuh dengan mempunyai karakter dan pikiran yang baik. Gomawo... ^_^
BalasHapus